Khittah Perjuangan (Independensi) Hasil Kongres 26 HmI

KHITTAH PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(INDEPENDENSI)
Dikutip dari : Hasil Kongres 26 HmI

Manusia diciptakan dalam keadaan suci bersih (fitrah)1. Sebagai hamba2 sekaligus sebagai khalifah4 yang mengemban amanah, manusia dikarunia kemerdekaan atau kehendak bebas oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Kemerdekaan tersebut mengandung konsekuensi pertanggungjawaban. Segala jalan hidup pilihan manusia yang pada hakekatnya hanya terdiri dari jalan haq dan jalan bathil, akan
beroleh balasan setimpal dari Allah SWT.

Dengan jalan kemurahan-Nya Allah memberi manusia ilmu pengetahuan dan petunjuk jalan keselamatan yang dapat ditempuh manusia melalui para nabi dan rasul yang diutus serta kitab suci yang diturunkan. Berbagai institusi telah dianugerahkan Allah SWT pada diri manusia agar dapat menikmati kemurahan Allah tersebut, seperti akal, hati dan intelek. Dengan demikian, kemerdekaan sesungguhnya akan menjadi rahmat yang sebenar-benarnya bagi manusia bila disikapi dan diaktualisasikan berdasar petunjuk jalan yang benar dari Allah. Kemerdekaan semacam ini bermakna pilihan yang sadar dan bertanggungjawab atas jalan hidup tertentu serta secara konsisten meninggalkan pilihan lahirnya.

Secara sosiologis, kemerdekaan yang disikapi demikian akan tampak sebagai pemihakan. Pemihakan terhadap segala sesuatu yang berasal dari dan bertujuan kepada kebenaran. Pemihakan yang tercermin dalam kerja-kerja kemanusiaan atau amal shalih yang menjadi rahmat bagi umat manusia dan alam semesta pada umumnya.

Sikap yang demikian bukanlah tanpa resiko, bahkan kemungkinan memerlukan pengorbanan dan penderitaan yang cuku[p berat. Allah sudah mengisaratkan bahwa tidak akan diterima begitu saja pernyataan beriman atau berpihak dari manusia, melainkan mereka akan diuji dengan berbagai cobaan besar dan kecil. Akan tetapi Allah SWT tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kapasitas yang dimiliki oleh mereka yang diuji, sehingga seharusnya segala resiko dapat ditanggung dengan tabah dan sabar oleh para pejuang Islam4.

Secara logis, sikap yang demikian menuntut adanya kemampuan diri yang memadai dalam segala aspek kehidupan. Kemampuan yang berasal dari pengembangan berbagai institusi diri dengan seimbang yang dimungkinkan oleh konsistensi sikap disatu sisi dan pemahaman medan juang yang baik disisi lainnya. Ini berarti, memerlukan proses pembelajaran secara terus menerus yang tercermin dalam sikap kritis, obyektif dan progersif. Pada akhirnya secara sosiologis dan politis mereka dituntut untuk amat berperan menentukan jalannya sejarah peradaban manusia.

1. Sifat Independen HMI
Mengacu pada kerangka pemikiran dan pemahaman Islam tentang fitrah dan kemerdekaan manusia diatas, maka Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadikan sikap independensi sebagai sikap yang mewarnai gerak hidup organisasi HMI dari waktu-kewaktu. Pernyataan ini bukan pernyataan yang mengada-ada atau diada-adakan karena pernyataan ini merupakan ketetapan organisasi yang disebutkan dalam Anggaran Dasar HMI. Bunyi pernyataan dalam pasal tersebut adalah: “organisasi ini bersifat idependen”.

Independensi HMI tersebut merupakan pernyataan sikap terhadap semua kebenaran dari Allah SWT, memperjuangkan tanpa mengenal lelah dan siap menerima resiko perjuangan, memihak kepada siapapun yang juga memihak dan memperjuangkan nilai kebenaran, dan akhirnya semata-mata menggantungkan diri kepada Allah SWT dalam segal urusan. Sebliknya, HMI menolak semua nilai kebathilan dan menolak segala bentuk kerja sama dengan pihak-pihak yang menghidupkan kemungkaran dimuka bumi.

Secara teknis, independnsi berarti HMI tidak menjadi bawahan (underbouw) organisasi lain. HMI juga tidak akan membuat ikatan organisatoris dalam bentuk permanen dengan pihak lain (individu atau organisasi) yang menetapkan aturan main yang lebih tinggi dan mengikat HMI secara organisatoris.

Independensi juga berarti sikap bebas disegala bidang dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri untuk secara aktif memperjuangkan misi HMI. Oleh sebab itu dalam arus gerakan-gerakan Islam pada umumnya dan di Indonesia khususnya, HMI berpartisipasi aktif, konstruktif dan korelatif. Disatu pihak HMI tetap setia dan bersungguh sungguh menempatkan diri sebagai bagian integral dari gerakan Islam secara keseluruhan. Dilain pihak HMI tetap mempertahankan sikap kritis dan mandirinya. Dengan sikap yang demikian HMI ingin memberi kontribusi yang berarti kepada perjuangan Islam yang sesungguhnya.

Independensi HMI sangat dimungkinkan, bahkan amat strategis, mengingat anggota-anggotanya adalah para mahasiswa muslim. Mahasiswa muslim adalah bagian dari umat yang memiliki dua karakteristik utama, yaitu kepemudaan dan keintelektualan. Kepemudaan memungkinkan mereka untuk menjadi kekuatan moral karena watak yang belum terkototri oleh berbagai kepentingan, serta menopang keberanian untuk mengadakan pembaharuan. Sedangkan keintelektualan menjadi modal bagi peran penting mereka dalam perubahan sosial, mengingat waktu kritis dan kemampuan untuk memikirkan dan membuat karya – karya besar untuk masyarakat dan peradaban manusia.

2. Sikap Indpenden Kader HMI
Independen adalah sifat organisasi yang implementasinya diwujudkan dalam bentuk sikap-sikap organisasi seperti yang diuraikan diatas. Sikap sikap semacam itu dalam skala individual anggota HMI juga harus mengalami internalisasi dan tampak pada segala aktifitas kesehariannya. Sikap–sikap anggota HMI yang mencerminkan bahwa mereka adalah kader dari organisasi yang bersifat independen merupakan derivasi dari karakteristik Ulil Albab yang menjadi cita insan HMI. Beberapa sikap terpenting adalah cenderung kepada kebenaran (hanief), merdeka, kritis, jujur, progresif, dan adil.

Dengan demikian kader HMI adalah orang-orang yang sanggup berlaku dan berbuat secara mandiri dengan keberanian menghadapi resiko. Ini menuntut adanya kemampuan dari setiap kader HMI, sehingga mereka dapat mempengaruhi masyarakat dan mengarahkan sistem kehidupan manusia kearah yang dikhendaki Islam.
Secara teknis, kedar HMI harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi dan memperjuangkan misi HMI dimanapun ia berada. Mereka tidak dibenarkan mengadakan sesuatu komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar HMI yang bertentangan dengan yang telah diputuskan secara organisatoris.

Catatan Akhir
1. Al Araf/7:172
2. Al Ahzab/33:72
3. Al Kahfi/18:29
4. Al Baqarah/2:155-156

Download E-Book nya disini
Label:

Posting Komentar

[blogger]

BPL HMI Cabang Pontianak

{facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google-plus#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget