Khittah Perjuangan
Himpunan Mahasiswa Islam
(Hari Kemudian)
Dikutip dari Hasil Kongres 26 HmI
Al Qur’an memperingatkan dan memerintahkan manusia untuk berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak agar tidak menyesal dikemudian hari. Ditekankannya pula manusia dengan berbagai peringatan dan ancaman, serta pada saat yang bersamaan digembirakannya dengan janji-janji imbalan. Hari berbangkit dan pembalasan, surga dan neraka, diungkapkan dengan cukup gamblang kepada manusia agar mereka mengerti, bahwa apa saja yang mereka lakukan harus dipertanggung- jawabkan dihadapan Allah. Namun semua janji itu bukan untuk menjadikan manusia takut atas ancaman juga tidak membuat manusia berharap imbalan di hari kemudian, namun agar sadar atas pilihannya yang memiliki akibat di hari kemudian.
Hari kemudian atau akherat akan menjadi masa pengadilan bagi umat manusia. Semua yang dilakukan manusia semasa kehidupannya dimuka bumi akan dihisab. Hasil hisab inilah yang kemudian menjadi bahan penilaian atas apa yang akan ia dapatkan dalam masa akherat kelak. Artinya amal manusia di dunia inilah yang akan menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya di akherat kelak. Tak satupun perbuatan yang lepas dari perhitungannya. Tak satu perhitunganpun yang tak mendapat balasannya. Masa pengadilan ini menjadi masa yang tak bisa dihindari oleh satu umat manusiapun. Kekuasaan Allah SWT akan menunjukan bahwa keadilan yang berjalan adalah keadilan yang tidak dapat dihindari oleh manusia, bahkan hasilnya tak bisa dikompromikan seperti keadilan yang ada di dunia ini.
Kehidupan akherat yang merupakan kehidupan “pasca sejarah” kemanusiaan juga menjadi logis dan amat adil, mengingat keadilan tidak selalu terwujud dalam setiap saat bagi seseorang atau suatu masyarakat di dunia. Pada kenyataannya bahkan amat banyak orang yang didzalimi di muka bumi ini. Mereka yang berbuat dzalimpun tidak selalu sempat mendapat ganjaran yang setimpal. Bahkan banyak orang yang berbuat kebathilan justru beroleh “ketenaran” dalam sejarah dunia.
Islam sangat menekankan umatnya yakin akan keberadaan akherat, karena dengan keyakinan ini umatnya tetap berjalan dalam kehidupan yang berorientasi tujuan pada akherat. Al Qur’an juga berulang kali menyatakan bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah di akherat. Kehidupan manusia di dunia, diibaratkan permainan, atau sementara, serta jauh lebih rendah tingkatannya. Akan tetapi kehidupan dunia itu harus dilalui manusia lengkap dengan cobaan dan ujian yang menjadi penentu kehidupan di akherat. Segala sesuatu yang diperbuat ada imbalannya di akherat, sehingga manusia tidak boleh berputus asa ketika menjalani beratnya kehidupan didunia. Berputus asa adalah sikap ingkar atas ketetapan Allah akan akherat dan janji Allah yang tidak membenani makhluknya melebihi kemampuannya.
Konsekuensinya kehidupan di dunia bukanlah sesuatu yang harus ditinggalkan. Manusia harus berusaha mendapatkan apa yang harus ia dapatkan, bahkan Allah memperkenankan manusia untuk beroleh kebahagiaan darinya. Kebahagiaan itu sudah barang tentu menurut tolak ukur ajaran Islam, bukan menurut materialisme atau faham-faham yang lain. Betapapun, nabi Muhammad SAW mencontohkan beberapa hal yang secara manusiawi dapat dianggap sebagai kesenangan, seperti halnya kecintaan kepada keluarga.
Kenyataan tersebut menjadi penting karena Islam memang tidak mengajarkan faham yang menuntut agar kehidupan manusia selalu menderita di dunia untuk mencapai kebahagiaan di akherat. Islam mengajarkan keharmonisan yang dinamis, dengan kehidupan akherat tetap sebagai tujuan akhirnya. Ada kalanya orang-orang beriman menikmati keamanan dan kesentosaan, namun tidak jarang harus menahan pahit getir perjuangan melawan kedzaliman yang suatu saat lebih dominan di masyarakat. Manusia berhak memperoleh keberhasilan atas perjuanganya namun ia tak bisa terhindar dari kegagalan.
Pada kerangka ini, manusia harus selalu siap berkorban, dengan harta dan bahkan juga dengan nyawa sendiri. Manusia tidak perlu khawatir atas kuantitas dan kualitas pengorbanan yang ia keluarkan di dunia fana ini. Hal ini dikarenakan pengorbanan yang dilakukan manusia di dunia ini masih tetap teramat kecil bila dibandingkan dengan rahmat dijanjikan oleh Allah SWT di akherat nanti. Manusia juga harus tetap tabah dan sabar dalam menjalani hari-hari perjuangannnya di dunia fana ini karena waktu dalam akherat adalah kekal yang membuat masa hidup yang kita jalani dengan ketabahan dan kesabaran adalah masa yang sangat singkat dalam ukurannya.
Akherat akan dimulai dengan munculnya hari akhir di dunia ini. Hari akhir merupakan akhir semua kehidupan yang telah lama berjalan di muka bumi ini. Hari akhir ini juga menjadi akhir diterimanya taubat manusia, sama halnya seperti sebuah momen yang menjadi batas hidup dan mati bagi seorang insan. Hari akhir yang kita kenal dengan hari kiamat menjadi sebuah penutup bagi kehidupan. Tak ada kehidupan yang berjalan tak ada lagi amal baik atau amal buruk yang dicatat oleh malaikat.
Semua orang akan bertanya ”Apa yang terjadi?”. Manusia bingung dan panik, berlari ketimur ke barat, ke utara ke selatan mencari tempat perlindungan. Namun tak satu tempatpun yang luput dari kejadian hari akhir. Manusia kemudian tersadar bahwa ini adalah akhir kehidupan. Manusia kemudian tersadar akan kebenaran janji-janji Allah SWT, walaupun selama ini manusia mengingkarinya. Manusia kemudian menangis dalam penyesalan atas pengingkarannya.
Adanya hari kiamat beserta rincian kejadiannya dapat menjadi referensi dasar manusia dalam membangun orientasi hidupnya. Al Qur’an telah menyebutkan tentang keragaman orientasi hidup ini dengan penggambaran akan sifat-sifat manusia, serta penyebutan masing-masing dengan istilah-istilah tertentu, baik untuk yang tergolong yang beriman maupun yang ingkar. Setiap orientasi akan mempunyai konsekuensi yang setimpal. Seringkali diungkapkan bahwa ada yang beruntung dan ada yang celaka. Dan pada banyak kesempatan, selalu dinyatakan bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih orientasi hidupnya, karena memang tidak ada pemaksaan dalam Islam.
Di hari Kemudian manusia akan bangkit menanti masa hisab yang diberlakukan atas dirinya. Tak ada perbedaan antara satu manusiapun dengan manusia yang lain pada masa ini. Tak ada kemuliaan yang melebihi kemuliaan manusia lain. Namun mereka semua berdiri dengan wajah amalnya semasa hidupnya. Manusia akan sangat terlihat berbeda satu dengan yang lainnya akibat perbedaan kualitas amal yang telah ia jalankan semasa hidupnya. Inilah titik dimana manusia hadir dihari yang dijanjikan Allah, yaitu hari perhitungan.
Secara imajinatif, berita kedatangan hari pembalasan mengingatkan kita tentang adanya penyelesaian secara tuntas atas konflik diantara manusia. Konflik seperti ini biasanya yang berawal dari perbedaan pendapat. Walaupun perbedaan pendapat diperkenankan dalam Islam ketika masih dalam kerangka orientasi hidup yang sama, namun sering hal ini “dimanipulasi” oleh manusia dengan menyembunyikan sesuatu benar dan menunjukan sesuatu yang salah. Di akherat, tak ada lagi yang dapat disembunyikan.
Kenyataan ini akan membuat sebagian manusia berkata: ”Ya Allah berikanlah diriku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki amalku, hamba tidak tahan atas pembalasan yang menimpa hamba ini”. Mereka terus memohon dan menangis dengan penuh kenistaan. Mereka sangat-sangat menyesal karena tidak pernah menggunakan lidahnya untuk menyeru kebaikan. Kedua tangan dan kakinyapun menggigil karena selama ini digunakan untuk menindas orang lain.
Namun sebagian manusia merasa bersuka cita. Bersuka cita karena hari-hari yang ditunggu telah datang. Hari hari dimana mereka akan bertemu secara langsung dengan sang Khalik, Allah SWT. Bagi sekelompok manusia ini pertemuan tersebut merupakan pertemuan yang paling berharga dari keberadaan seoarang diri manusia. Tak ada kenimatan dunia dan akhirat yang dapat melampaui pertemuan ini. Pertemuan ini tak akan bisa tergantikan oleh apapun jua yang ada. Mereka inilah orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang tak mengharapkan janji-janji hari akhir kecuali pertemuan dengan Allah SWT.
Dikutip dari : Khittah Perjuangan Kongres Ke 26 HMI
Download E-Book nya disini
Dikutip dari : Khittah Perjuangan Kongres Ke 26 HMI
Download E-Book nya disini
Posting Komentar