Latest Post


Training of Management Trainer (TMT)
Badan Pengelola Latihan (BPL)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Pontianak

Training Mangement Training (TMT) merupakan pelatihan lanjutan dari Training of Trainer (TOT) yang bertujuan untuk memberikan kemampuan pengelolaan latihan yang terarah dan sistematis berdasarkan tujuan training. Kemampuan yang diharapkan menjadi out put dari jenis training ini adalah menyangkut pada kemampuan managerial dalam membangun konsep, mengelola, dan mengevaluasi setiap jenis pen-trainingan. Itu sebabnya, setiap instruktur yang hendak memimpin sebuah training diwajibkan telebih dahulu mengikuti jenis training ini, dengan alasan bahwa : 

a) system training yang terpusat pada seorang pemimpin training (MOT) menunjukan bahwa ia harus memiliki kemampuan lebih ketimbang dari yang lainnya. 
b) Selain menguasai materi training, seorang pimpinan training (MOT) pun dituntut untuk dapat  menguasai berbagai skill yang secara praktis sangat dibutuhkan selama masa pen-trainingan, mulai dari perencanaan hingga pada proses evaluasi training. 
c) carut-marutnya sebuah training seringkali bersumber pada pada kesiapan seorang Master of Training di dalam merencanakan dan mengelola sebuah training, sehingga training terkesan berjalan apa adanya. 

Bahkan dalam kenyatannya, terlihat MOT tidak memiliki wewenang untuk menyusun design training, yang artinya MOT mengelola dari apa yang sebenarnya tidak diketahuinya. Itu sebabnya, dibutuhkan jenis training ini agar pen-trainingan pada dasarnya memang merupakan proses yang terencana dan out put-nya menjadi terukur sesuai dengan tujuan.

Tujuan
Tujuan dilaksanakan Training Management Training (TMT) ini adalah :
” Terbinanya instruktur HMI yang memiliki kemampuan merancang, mengelola, dan mengevaluasi sebuah proses pen-trainingan”

Target
Target yang diharapkan pasca Training Management Training (TMT) ini adalah :
1. Peserta dapat membuat modul training
2. Peserta dapat mengelola training secara profesional
3. Peserta dapat meng-evaluasi proses pen-trainingan.

Peserta
Peserta adalah instruktur yang telah lulus mengikuti TOT/SC, dan telah dinyatakan sebagai peserta oleh panitia.
Kriteria yang harus dipenuhi adalah :
a. Instruktur yang telah lulus TOT/SC
b. Telah dinyatakan lulus mengikuti LK II
c. Telah menyelesaikan aktivitas yang tercantum dalam Buku Kontrol Instruktur, dan
buku control Kader pasca LK II
d. Menguasai 2 materi wajib LK I
e. Pernah menjadi rekam proses sebanyak 3 kali
f. Pernah mengisi materi sebanyak 5 kali

NO
MATERI
DURASI MINIMAL
Keterangan
1
Orientasi Training
3 Jam (180 menit)

2
Analisa Kebutuhan
3 Jam (180 menit)

3
Sistem Perencanaan dan Evaluasi Training
3 Jam (180 menit)

4
Tehnik Penilaian Peserta
3 Jam (180 menit)

5
Simulasi 1
3 Jam (180 menit)

6
Simulasi 2
3 Jam (180 menit)

7
Simulasi 3
3 Jam (180 menit)



Tempat Kegiatan
Hari, Tanggal  : Coming Soon
Waktu              : 19.47 WIB - Selesai
Tempat            : Graha HMI Cabang Pontianak

Mekanisme Pelaksanaan
  •      Seleksi Screening
  •      Mengikuti semua materi
  •      Uji modul dan Simulasi (3x)

Register : COMINGSOON



Training of Trainer (Pemateri/Fasilitator)
Badan Pengelola Latihan (BPL)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Pontianak

A. PENDAHULUAN
Training of Trainer (TOT) merupakan salah satu jenjang training informal HMI yang sepenuhnya diberikan wewenang kepada BPL HMI untuk dapat mengelola dan mengembangkan training secara professional. Dari sisi fungsinya, training ini lebih berorientasikan pada pemberian kemampuan untuk dapat menyampaikan materi dengan baik dan mampu memfasilitasi (fasilitator) training-training secara professional. Secara kelembagaan BPL, training ini merupakan pintu masuk bagi seorang kader HMI untuk dapat menjadi anggota BPL dan terlibat aktif dalam dunia pelatihan, baik yang secara langsung dipunyai oleh HMI, maupun pada training-training professional yang berada diluar HMI. Oleh sebab itu, training ini bersifat wajib bagi mereka yang berminat untuk menjadi seorang instruktur, atau ikut terlibat aktif dalam setiap perkaderan HMI.

B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakan Training Of Trainer (TOT) ini adalah :
”Terbentuknya instruktur HMI yang memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan pesan (materi) dan memiliki kemampuan untuk menjadi fasilitator dalam setiap training”

C. TARGET
Target yang diharapkan pasca Training Of Trainer (TOT) ini adalah :
1. Peserta dapat menyampaikan materi Training
2. Peserta memiliki kemampuan untuk menjadi fasilitator dalam training

D. MATERI
Penyampaian materi akan dilaksanakan pada malam hari dimulai jam 19.47 WIB - Selesai
NO
MATERI
DURASI MINIMAL
Keterangan
1
Orientasi Training
3 Jam (180 menit)

2
Benchmark of Trainer
3 Jam (180 menit)

3
Paradigma Pendidikan
3 Jam (180 menit)

4
Komunikasi verbal dan non-verbal
3 Jam (180 menit)

5
Public speaking
3 Jam (180 menit)

6
Tehnik memfasilitasi
3 Jam (180 menit)

7
Evaluasi Pembelajaran
3 Jam (180 menit)

8
Teaching Plan
3 Jam (180 menit)

9
Sistem Perkaderan
3 Jam (180 menit)

10
Ke-BPL-an
3 Jam (180 menit)

11
RTL
3 Jam (180 menit)

12
RPP/Sindikat
3 Jam (180 menit)

13
Uji Sidang Materi
3 Jam (180 menit)



PERSYARATAN PESERTA
Peserta; adalah calon anggota BPL yang telah lulus seleksi, dan telah dinyatakan sebagai peserta oleh penyelenggara.

Kriteria yang harus dipenuhi adalah :
a. Anggota HMI yang telah lulus LK II
b. Telah menyelesaikan aktivitas yang tercantum dalam Buku Kontrol Kader, yaitu bagian aktivitas pasca LK II
c. Mengikuti seleksi calon peserta dan dinyatakan lulus tes.

Dinyatakan lulus mengikuti Training of Trainer (TOT) dan telah mengikuti beberapa syarat khusus yang ditentukan melalui pedoman pembinaan Badan Pengelola Latihan (BPL)
a. Terlibat aktif dalam perkaderan HMI
b. Menguasai dan memahami materi yang dipercayakan kepadanya dalam bentuk lisensi
c. Dapat menjadi suri tauladan yang baik.

TEMPAT KEGIATAN
Hari, Tanggal  : Coming Soon
Waktu              : 19.47 WIB - Selesai
Tempat            : Graha HMI Cabang Pontianak

MEKANISME PELAKSANAAN
a.      Seleksi Screening
b.      Mengikuti semua materi
c.       Uji Sidang Materi(Micro Teach)

Register : COMINGSOON


Nilai- Nilai Dasar Perjuangan HMI
VIII. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis besar sbb:

1.  Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya, yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatankegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya.

2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat yang terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengah alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan diri sehingga mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan kemanusiaan orang lain, dan tidak mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat perbudakan diri kepada alam maupun orang lain Dengan ibadah manusia dididik untuk memilki kemerdekaannya, kemanusiaannya dan dirinya sendiri, sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata.

3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yanag sungguh-sungguh secara essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu. Yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti usaha-usaha yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai-nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”, disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan atau nahi mungkar. Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha-usaha kearah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.

4.  Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada musuh-musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain.

5.   Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu beriman, berilmu dan beramal.


Disalin dari : Hasil Kongres HmI XXX di Ambon 14-27 Februari 2018

BPL atau singkatan dari Badan Pengelola Latihan merupakan badan khusus Himpunan yang mengampuni amanah bandiklat dalam tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan latihan himpunan dan pengkaderan. 

BPL bila dianalogikan dalam negara adalah suatu institusi pendidikan guna mencetak kader sesuai tujuan Himpunan. Walaupun BPL pengemban amanah perkaderan sebagai pusat institusi namun gerakan nya terbatas juga sulit akan mencapai tujuan bilamana institusi cabang dan komisariat juga tidak turut menjunjung perkaderan.

Sebagai Institusi Bandiklat, ruang gerak BPL tidak hanya sebatas ruang himpunan. BPL secara umum juga sebagai EO masyarakat dalam pelatihan seperti TOT(Training of Trainer), KMO Training dll.

BPL seperti ESQ Training maupun institusi pelatihan yang menitikberatkan pada building of character karena tidak hanya sebatas melakukan transfer of knowledge namun juga melakukan transfer of values dan building of mindset guna building of awareness. Pedekatan Spiritual Quantum dan Emosional Quantum adalah yang membedakan pelatihan BPL.

Kemampuan ini adalah yang sangat jarang dimiliki bahkan oleh para tenaga didik saat ini yang sebatas melakukan transfer of knowledge.

Mengutip kata Said Muniruddin, instruktur BPL ideal layaknya tugas seorang sufi. Mereka mereka adalah syair dalam kehidupan. Mereka mereka adalah pelajaran bagi orang orang sekitar. Oleh karena itu BPL juga sebagai elite people.

Saya berimajinasi kepada BPL kedepan untuk bisa menyediakan suatu wadah untuk alumni instruktur yang telah terlatih mengelola latihan, adanya wadah para instruktur yang pensiun berhimpun namun rindu akan pengelolaan.

Wadah ini bersifat sosial dan monetize, dimana alumni bisa terus berkiprah di dunia pelatihan, juga bisa mendapatkan pendapatan sampingan mengelola dan sebagian dari pendapatan nya dizakatkan untuk adik adik BPL yakni wadah profesionalisme alumni instruktur dengan dan dalam naungan BPL sehingga ilmu yang dimiliki bisa kembali ditransfer ke adik adik, para alumni mapan dalam ekonomi, juga hasrat berhimpun bisa dialokasikan kepada bangsa, upaya ridha, atas terwujudnya masyarakat adil makmur.
😁
🙏



TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. PEDAHULUAN
Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan kemerdekaan seperti diatas, adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada dalampembentukan dan pengembangan. Masa/fase pembentukan dari pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi muda.

Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifitas.

Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI yang mengemukakan secara tersurat bahwa "HMI adalah organisasi yang bersifat independen"sifat dan watak independen bagi HMI adalah merupakan hak azasi yang pertama.

Untuk lebih memahami esensi independen HMI, maka harus juga ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari HMI.

B. STATUS DAN FUNGSI HMI
Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menunjukan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifitas) dalam mewujudkan (final goal). Dalam melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai "kekuatan moral" atau moral forces yang senantiasa melaksanakan fungsi "social control". Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, maka dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen.

Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan mahasiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan masyarakat. Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta pembaharuan masyarakat atau "agent of social change". Kelompok mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri untuk menerima estafet pimpinan bangsa dan generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat, bangsa dan negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus senantiasa memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan kelompok tradisionalis akan tetapi sebagai "duta-duta pembaharuan sosial" dalam pengertian harus menghendaki perubahan yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran. Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya untuk menemukan kebenaran demi mereka yang beradab bagi kesejahteraan umat manusia maka mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan bertolak dari kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan beradaban bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara maka setiap kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.

Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut diatas mewarnai dan memberi ciri HMI sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan fungsinya sebagai organisasi kader, melalui aktifitas fungsi kekaderan. Segala aktifitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang pada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanief) maka setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi bangsa dan negaranya.

C. SIFAT INDEPENDEN HMI
Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Hakekat dan Mission" organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk "Independensi etis HMI", sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk "Independensi organisatoris HMI".

Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA. Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik "hablumminallah" maupun dalam "hablumminannas" hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.

Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang :
o  Cenderung kepada kebenaran (hanief)
o  Bebas terbuka dan merdeka
o  Obyektif rasional dan kritis
o  Progresif dan dinamis
o  Demokratis, jujur dan adil

Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasipartisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifitas.

Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris tidak pernah "committed" dengan kepentingan pihak manapun ataupun kelompok dan golongan manapun kecuali tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran dan obyektifitas kejujuran dan keadilan.

Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip independensi organisatorisnya maka HMI dituntut untuk mengembangkan "kepemimpinan kuantitatif" serta berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya "prinsip-prinsip independensi HMI" maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut :

o  Anggota-anggota HMI terutama aktifitasnya dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.
o  Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organisatoris.
o  Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanapun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat dan mission HMI. Dan menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur pembaktian baik jalur organisasi profesional, kewiraswastaan, lembaga-lembaga sosial, wadah aspirasi politik, Lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam menjalankan garis independen HMI dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata-mata adalah untuk memelihara mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata-mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi atau sikap pemuda. Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk sanggup mewarisi hari depan bangsa dan negara.

D. PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG
Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia yang kemudian akan dihasilkan HMI adalah adanya suatu kehidupan yang sejahtera material, spiritual, adil dan makmur serta bahagia.

Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang beriman, berilmu dan berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap anggota HMI di masa datang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.

Hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status fungsi dan perannya dimasa kini dan masa mendatang yang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.

Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifitas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.

Wabilahittaufiq Wal Hidayah

Pena : Muhammad Ramadhan Sebelas
Kisah inspiratif seorang enterpreneur muda yang dahulunya aktifis idealis namun dibuang oleh organisasinya.

Kisah seorang yang terbuang dari organisasi nya dan dari proses pembuangan itu, dia menikmati dan menjadi motivasi hingga dia sukses menjadi pengusaha. Walaupun begitu dia tetap selalu berkontribusi secara diam diam untuk organisasi nya. Pada suatu ketika Perusahaan nya sedang mencari tenaga kerja. Ketika dia ingin masuk ke kantor, dia selalu meluangkan waktu paginya dengan ngopi di sofa umum ruang tunggu. Dia bertemu dengan temannya yang dahulu membuatnya terbuang. Dia menyapa orang tersebut dan mengajaknya ngobrol sembari menikmati kopi buatannya sendiri yang dibuat dari tempat penyediaan minuman ruang tamu. 
Awalnya kawan tersebut mengira dia ingin melamar kerja diperusahaan ini. Orang tersebut lalu berfikir untuk menyingkirkan dia demi mengurangi saingan dengan mengejek nya lalu memalukan diri nya didepan umum hingga datang pihak HDR. Ketika HRD ingin menyapa bosnya lalu bosnya memberikan kode untuk diam dan membawa orang tersebut ke ruangan interview dan HRD mengiyakan. Orang tersebut merasa dirinya dipanggil duluan semakin merasa dirinya lebih baik dari pada bos itu dan dia tetap mengejek bos itu hingga akhirnya dia berangkat bersama HRD menuju ruang interview dan menunggu diruang tunggu kembali bersama beberapa orang yang lebih dahulu menunggu. 

Satu per satu dari mereka masuk, hingga terakhir dia yang masuk. Sejenak dia melihat ke pintu menanti bos yang dihina tadi namun tak kunjung datang hingga dia berfikir bos itu tidak lulus administrasi lalu dia masuk ke ruangan interview. Ketika dia masuk hanya ada seorang sekretaris dan sekretaris menyampaikan bos sedang ke belakang dan dia dipersilahkan duduk. Dia lalu duduk sambil menunggu bos dan sekretaris menanyakan beberapa hal mengenai administrasi. Sekretaris itu juga menyampaikan kampus bos kuliah sama seperti dia bahkan fakultasnya sama dan itu membuatnya tersenyum. Dia berfikir dia akan mudah masuk diterima di kantor tersebut. Tak lama kemudian bos datang dan duduk di kursi nya. Sejenak orang itu berubah raut muka. Tersentak dia terkejut dan merasa malu dengan dirinya.

Bos itu pun menghibur dengan dirinya dengan menanyakan apa kabar, bagaimana organisasi dahulu dan hal hal basa basi lainnya. Ada sekitar 30menit perbincangan itu, bahkan Bos itu memperkenalkan istrinya yakni sekretaris itu sendiri. Hingga sampai pada pertanyaan "kamu mau kerja di bagian apa? Aku sudah sangat mengenal dirimu, apalagi kita pernah hidup dalam organisasi yang sama walaupun pandangan berbeda namun dirimu punya kemampuan lebih dalam mengorganisir anggota oleh karena itu aku yakin dirimu bisa bekerja dengan sangat baik di perusahaan ku". Dia tersipu malu tanpa kata, tubuhnya bergetar, keringat di sekujur tubuh dengan kepala menunduk. 

Bos itu berusaha mencoba dengan meringkas waktu dengan memberikan nya posisi yang strategis sesuai dengan kemampuan nya dan memberikan gaji yang tinggi lalu bos itu pamit dikarenakan ada janji dengan seseorang Bos tersebut memanggil HRD untuk menuntunnya ke posisi dia bekerja. Selepas Bos itu pergi dan HRD mengajaknya dia untuk menuju ruang kerja nya lalu tiba tiba dia berlari mengejar bos itu dan sampai lah pada depan pintu keluar kantor. Dia memanggil bos itu, dan bos tersebut berbalik. Akhirnya mereka berdua berhadapan dan bos itu bertanya, kenapa kamu disini? Bukankah saya sudah meminta HRD untuk mengarahkan mu ke ruang kerja mu? Tiba tida pelamar kerja itu lalu bersujud didepan nya dan memohon ampun dan meminta maaf dan bos itu langsung menariknya dan memeluknya dan berkata yang lalu biarkan lah berlalu bahkan karena masa lalu itu.

Aku mendapatkan banyak pelajaran dari proses kita tersebut. Jika bukan karena itu mungkin aku tidak seperti saat ini. Sejak Mereka menjadi sahabat yang baik, bahkan pelamar kerja itu sangat bekerja sangat maksimal dan akhirnya dia di tambahkan untuk menjalankan usaha bos tersebut dengan syarat tetap terus menjaga organisasi yang pernah di diami bersama dan adik adik mereka yang di organisasi diminta untuk terus membina dan direkrut untuk membesarkan perusahaan cabang Bos tersebut. Tidak hanya itu, organisasi yang mereka pernah di diami bersama dibina bukan hanya untuk mampu bekerja namun juga berwirausaha.

Terus lah berbuat baik, sekalipun kepada seseorang yang membenci mu karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan membalikkan hati seseorang.

Tegakan kebenaran(dalam diri) dan berbuat kebaikan(kepada siapapun)

BPL HMI Cabang Pontianak

{facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google-plus#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget