Latest Post

BINTANG ‘ARASY
Tafsir filosofis-Gnostik Tujuan HMI (Meraih Ridha)

Sejatinya, sebuah tujuan harus menyentuh otak sekaligus hati; menggugah rasio dan emosi. Setelah sebelumnya secara argumentatif dibahas melalui perspektif rasional-tekstual, kini tujuan HMI di- perkenalkan melalui pendekatan filosofis-sufistik, tasawuf, gnosis atau irfan. Keseluruhan bab ini membahas nilai-nilai transenden yang menjadi tujuan himpunan, seperti teringkas pada piramida berikut:
Apa Tujuan HMI? Secara konseptual, dalam rumusan sederhana, tujuan HMI adalah “IMH”, yaitu tajalli “HMI” itu sendiri. Tajalli artinya “perwujudan”, “pengejawantahan”, “penampakan”, “pantulan”, “refleksi”, atau “manifestasi”. Misalnya, ketika berkaca, dicermin muncul wujud kita sendiri. Itu namanya tajalli. Demikian juga dengan HMI, ketika direfleksikan, akan muncul wujud reflektif: “I”-“M”-“H”. Konsepsi ini tentu bersifat sangat simbolik, dengan penjelasan seperti berikut.

Target dasar HMI (basic goal) adalah individual, yaitu membentuk “I” (insan kamil, insan cita). Perkaderan bertujuan mentransform personal anggotanya menjadi “manusia sejati”. Ini merupakan proses pendakian dari ‘lembah yang gelap’ (kualitas basyar) menuju ‘Arasy Tuhan (berkualitas insan, hidup melebihi tapal batas kehidupan binatang). Seperti puisi Hafiz Syirazi: “Engkau telah dipanggil-panggil dari Arasy yang agung, lalu mengapa pula engkau masih bermukim dilembah ini”. 

Tujuan selanjutnya HMI (intermediate goal) bersifat sosial, yaitu perjuangan mewujudkan “M” (masyarakat adil makmur, masyarakat cita). Setiap kader didoktrin untuk ‘turun’ dari ‘menara gading’ yang tinggi guna mengabdikan hidup bagi kemajuan masyarakat. Inilah insan kamil dalam relasi dengan alam, hidup seimbang sebagai hamba (ibadah vertikal) dan sebagai khalifah (muamalah, ibadah sosial).

Sedangkan tujuan tertinggi (ultimate goal) atau inti dari keseluruhan Tujuan HMI adalah “H” itu sendiri, yaitu Hu (Dia, Allah). Inti tujuan ini selaras dengan bait akhir Tujuan HMI: “....diridhai Allah SWT”.

Karena tujuan ber-HMI semata-mata “hanya untuk Allah SWT”; maka aktifitas dan pengabdian seorang kader pada dasarnya adalah upaya mengenal (ma’rifat), mendekat (taqarrub), kembali (ruju), lebur (fana), atau memperoleh cinta (ridha-Nya). Hal ini sejalan dengan konsepsi Islam, bahwa “awal” dari beragama adalah “mengenal Allah”: awaluddin ma’rifatullah. Inilah akar irfani ber-HMI.

Ridha berasal dari kata ”radhiya-yardha”, artinya: “menerima dengan lapang dada tanpa rasa kecewa atau tertekan”. Ridha tidak berarti pasrah dalam bentuk putus asa. Ridha berarti optimis, bukan fatalis. Ridha Allah mengandung arti “memerima sepenuh hati ketetapan dan ketentuan Allah”. Menerima ketetapan Allah berarti memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Oleh sebab itu, Ridha menuntut usaha aktif. Makanya, orang yang Ridha kepada Allah selalu bekerja, belajar, berjuang, berkorban, dan berbuat baik tanpa kenal lelah. Ridha kepada Allah selalu berada dalam konteks positif. Menerima ketentuan Allah dengan berbaik sangka dan tulus ikhlas. Karena keikhlasan inilah maka mencapai Ridha Allah mengandung arti melakukan sesuatu bukan karena pamrih, ingin pamer, menjilat, atau karena kepentingan sesaat;

Mencapai Ridha Allah murni semata-mata untuk meraih kecintaanNya. Oleh sebab itu, memperoleh Ridha Allah adalah puncak segala kebahagiaan. Kalau Allah sudah ridha atau cinta, maka kita akan ditinggikan derajat dan kemuliaan”. Karena Ridha Allah juga mengandung makna Cinta. Maka ini merupakan stasiun atau makam tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap hamba. Kalau Allah sudah ridha, rela atau cinta kepada kita maka kita sudah memiliki segala-galanya. Mencapai Ridha Allah berarti berusaha menjadi kekasihNya. Inilah tujuan hidup tertinggi dari seorang hamba;

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (Attaubah:100)

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Al Bayyinah:8)

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (Al Maidah:119)

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (At Taubah:59)

“Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?” Berkata, Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (Thaahaa:83-84)

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”( Al Mujaadilah:22)


“Ridhallaah ridhal waalidaini’. Hadist (Ridha Allah diperoleh dari ridha ke dua orang tua). Membahagiakan orang tua, guru dan manusia secara umum adalah sebagian dari langkahlangkah untuk mencapai Ridha Allah.

Sebagai penutup, apa yang sesungguhnya dicari HMI? Terjawab pada beberapa bait akhir rumusan tujuan, “....ridha Allah SWT”. Inilah motivasi dasar ber-HMI. Menjadikan Allahswt sebagai satu-satunya tujuan merupakan komitmen mental-spiritual dalam berorganisasi. Sikap jiwa ini disebut “independensi etis”, tunduk patuh atau terikat hanya pada nilai-nilai Ilahiyah. Ketergantungan dan kepasrahan hanya kepada Allahswt. Segala pencapaian di dunia semata-mata hanya karena kecintaan ingin memperoleh ridha-Nya.

Ridha merupakan maqam kegembiraan dan kesenangan hamba kepada Allah SWT, atas segala  pemberian, kehendak, qadha dan qadarnya. Ridha merupakan aspek “immateri” dari sebuah tujuan. Jadi wujudnya sangat spiritual. Semakin tinggi jiwa seseorang maka semakin tinggi pula keinginannya. Sesuatu yang paling tinggi itu adalah Allahswt, Wujud Non- Materi. Dengan demikian, wujud tujuan tertinggi tentu bersifat Non- Materi.

Seseorang yang masih pada fase dasar beragama, biasanya tertarik hanya pada imbalan-imbalan yang bersifat materialistis. Ibarat anakkecil yang termotivasi untuk sholat hanya karena iming-iming permen dari ibunya. Orang yang masih awam dalam beragama juga demikian, tertarik hanya pada pahala yang berbentuk “syurga” dengan berbagai gambaran “sungai” dan keindahan “bidadarinya”.

Bagi kaum irfan, sesuatu yang ingin dicapai adalah Allahswt itu sendiri, Dzat yang tidak dapat dibentuk dalam imajinasi. Allahswt adalah tujuan tertinggi dari hidup seorang kader sejati. Bukan berarti mereka menolak adanya syurga dan segala macam wujud yang ada di dalamnya. Hanya
saja mereka tidak menempatkan itu di hati mereka. Karena dalam konsepsi “khalik-makhluk”, syurga itu ciptaan Tuhan, bukan Tuhan. Bagi orang-orang meng-Esa-kan Tuhan; puncak kebahagiaan, keindahan dan kesempurnaan bukan syurga, tetapi Tuhan. Maka bagi kaum sufi, mengharapkan sesuatu selain ridha Tuhan dianggap syirik.

Bahkan ridha disebut-sebut berada di atas maqam keislaman atau taslim (pasrah). Jika taslim (islam) bermakna “pasrah”, yaitu “menerima tanpa membantah segala ketentuan Tuhan”, maka ridha bermakna “menerima dengan penuh kegembiraan segala sesuatu yang merupakan ketentuan
Tuhan”. Artinya, seorang hamba yang ridha selalu bahagia dan bersikap positif atas segala pencapaian, dalam susah dan senang, dalam lebih dan kurang.

Ridha tidak sekedar “rela” dalam pemahaman bahasa Indonesia. Sebab “rela” dalam kosakata Indonesia sekedar bermakna “pasrah”. Tapi Ridha adalah ekspresi kerelaan yang disertai rasa “senang”, “bahagia” dan “gembira”. Contoh, bagi yang berada pada maqam taslim (pasrah), maka
sholat dilakukan sebagai sebuah sikap pasrah, tanpa membantah, karena dianggap sebagai “kewajiban”. Sedangkan pada maqam ridha; sholat, jihad dan ibadah lainnya dikerjakan dengan suka cita walau penuh rintangan dan tantangan, karena tidak dimaknai lagi sebagai kewajiban
melainkan sebagai media ekspresi cinta kepada Tuhan.

Berkenaan dengan ridha, salah satu wali pendiri tariqat Qadiriyyah, Sayyid Abdul Qadir alJailani (470-561H/1077-1166M) mengatakan :

“Hendaklah engkau beramal untuk mencari ridha-Nya, dan hendaknya engkau tidak meminta pahala sedikitpun. Dalam beramal, hendaknya tujuanmu adalah mencari ridha-Nya dan berdekatan dengan-Nya di dunia maupun akhirat”. Karena fokusnya murni kepada Tuhan, maka ridha dengan demikian juga bermakna “menceraikan dunia” dan segala sesuatu selain Tuhan. 

Menurut beliau, hati orang-orang yang bertauhied tidak digunakan untuk mengejar dunia, juga tidak untuk mengejar akhirat. Tidak juga mereka hidup untuk mengejar kedua-duanya. Orang-orang mukmin adalah mereka yang hati dan raganya digunakan untuk mengejar ridha Allah SWT. Disinilah letak nilai irfani (gnostik) dari tujuan HMI. Semua amalan ditujukan bukan untuk mengumpulkan “dunia”, bukan untuk mengharap “akhirat”, bukan untuk mengais “pahala”, juga bukan untuk mendapat “syurga”. Melainkan untuk semakin dekat dengan-Nya, untuk memperoleh “ridha”-Nya, di dunia dan akhirat.

Juga mengutip Rabi’ah Adawiyah, seorang sufi perempuan Basrah abad 2 Hijriah:
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka,
Bukan pula karena mengharap masuk syurga,
Tetapi aku mengabdi, karena cintaku kepada-Nya.
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka,
Bakar aku di dalamnya.
Jika aku menyembah-Mu karena mengharap syurga,
Campakkan aku darinya. 
Tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, 
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu kepadaku.

“Ridha Allahswt” merupakan arah perkaderan dan perjuangan HMI. Bahwa awal dan akhir dari segala pencapaian, adalah untuk memperoleh kecintaan Allahswt. Nilai-nilai spiritualitas seperti inilah yang harus ditanamkan sejak awal guna memurnikan gerakan, seperti terucap dalam bai’at perkaderan dan kepengurusan:

“Aku ridha dengan Allah sebagai Tuhanku, dan dengan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku”.


Seperti tersederhanakan pada gambar di atas, Tujuan HMI adalah terbinanya insan yang rasional (akademis), yang kapasitas keilmuan mereka dibuktikan dalam berbagai inisiatif, gagasan, eksperimen, gebrakan, rintisan, temuan, dan karya (pencipta). Manusia-manusia yang rasional dan kreatif ini menjalani hidup bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri, melainkan membangun gerakan untuk membuat masyarakatnya semakin berkualitas (pengabdi). Lebih penting lagi, ketiga kualitas tersebut harus tumbuh diatas nilai-nilai ilahiyah (bernafaskan Islam) dan berkembang diatas kesadaran untuk mengemban amanah sebagai khalifah Tuhan (tanggungjawab), guna membangun sebuah model masyarakat yang semakin hari semakin baik.

Kelima kualitas insan tersebut juga disebut dengan kader yang memiliki maksimalisasi “iman-ilmu-amal”. Mereka inilah “muslem-intelektual-profesional”, atau kader yang berakhlakul karimah. Mereka ini memiliki kesalehan individual (mampu memimpin dirinya sendiri) serta memiliki kesalehan sosial (mampu memimpin masyarakat). Inti dari tujuan hidup atau cita-cita para insan ilahiyah ini semata-mata hanya untuk mendapatkan kerelaan (ridha) Tuhan, baik bagi dirinya maupun masyarakatnya, di dunia dan akhirat.*****

Penulis : Said Muniruddin
Dikutip : BINTANG ‘ARASY Tafsir filosofis-Gnostik Tujuan HMI

Training of Trainer(TOT)
Senior Course(SC)
Badan Pengelola Latihan (BPL)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Pontianak

Ruang Lingkup
Senior Course merupakan salah satu pelatihan non-formal HMI1 sebagai wadah untuk membentuk calon instruktur.2 Pada pelatihan ini, anggota HMI yang telah lulus Latihan Kader II dan berniat  mendedikasikan diri untuk perkaderan akan ditempa hingga memiliki kapasitas pengelola latihan HMI. Karena itulah Senior Course juga dikategorikan sebagai pelatihan formal BPL HMI. Ruang lingkup Senior Course meliputi:
1. Kemampuan Profesional
a) Penguasaan dan penghayatan proses kaderisasi: landasan dan pola perkaderan.
b) Penguasaan pengelolaan latihan: landasan dan wawasan tentang instruktur.
c) Penguasaan materi: konsep dasar keilmuan dan bahan ajar.

2. Kemampuan Personal
a) Pembawaan citra instruktur yang simpatik dan karismatik.
b) Pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan berasaskan Islam dalam kehidupan sosial.
c) Pemahaman serta kesungguhan untuk meluruskan pemahaman masyarakat yang keliru tentang Islam dan misi HMI.

Kemampuan-kemampuan tersebut seyogianya tertanam dalam diri instruktur HMI sebagai teladan dalam perkaderan, khususnya pada pelatihan HMI. Sehingga pembentukan sumber daya instruktur harus dirancang dan diselenggarakan dengan akurat, efektif, dan efisien. Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis Senior Course ini disusun dengan kesadaran akan tanggung jawab perkaderan HMI yang membutuhkan instruktur berkarakter pemimpin untuk membentuk kader berkualitas insan cita.

Tujuan
Terbentuknya pengelola latihan yang memiliki kualitas muslim inteligensi, serta mampu menjadi teladan yang baik.

Target
1. Peserta dapat mendalami sistem perkaderan, utamanya dalam lingkup HMI.
2. Peserta dapat mengemban tugas dan tanggung jawab pengelola latihan.
3. Peserta dapat menerapkan keilmuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Prasyarat Kepesertaan
Perkaderan diarahkan untuk membentuk pribadi yang berkualitas insan cita,8 sehingga kader HMI mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berjuang untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridai Allah subhanahu wa ta’ala. Pelatihan ini dirancang untuk membentuk jiwa instruktur yang dapat membentuk kader pejuang demi mewujudkan cita-cita HMI tersebut, sehingga input pelatihan merupakan kader HMI terpilih yang siap berkhidmat kepada perkaderan. Maka calon peserta harus memenuhi beberapa persyaratan demi mempertahankan kualitas instruktur.

1. Seleksi Peserta Screening
Calon peserta screening ditugaskan untuk mengirimkan beberapa hal ini untuk diseleksi:
a) Lembar Motivasi calon peserta dengan narasi terkait:
1) latar belakang atau motivasi mengikuti Senior Course,
2) permasalahan atau keresahan proses perkaderan di komisariat atau cabang asal, dan
3) solusi yang ditawarkan untuk menjawab permasalahan tersebut.
b) Data Kader di komisariat asal calon peserta selama 2 (dua) periode terakhir, meliputi: 1) Nama Lengkap, 2) Tempat dan Tanggal Lahir, 3) Perguruan Tinggi, 4) Tahun Masuk, dan 5) Jenjang Pelatihan di HMI (disertai bulan dan tahun).
c) Video calon peserta membaca dan menjabarkan hokum tajwid QS al-Fatihah.

2. Screening Peserta Senior Course
Screening berupa simulasi penyampaian materi selaku pemateri atau fasilitator dalam Latihan Kader I. Materi-materi yang disampaikan adalah 5 materi wajib HMI yang dijadwalkan 1 materi setiap hari. Sehingga total waktu screening adalah 5 hari. Teknis penyelenggaraan screening:
a) Screener membagi bab/ bagian yang harus disampaikan oleh tiap calon peserta (bisa berupa undian atau diserahkan kepada yang bertugas) dengan bab/bagian yang berbeda untuk setiap calon peserta.
b) Screener mengarahkan peserta untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c) Simulasi oleh setiap calon peserta secara bergantian dengan calon peserta lain menjadi peserta dan screener memberi penilaian.

Materi
Materi Senior Course dirangkum dari materi-materi Pelatihan Instruktur, Pelatihan Instruktur Utama, Training of Trainer, dan Training Management Trainer yang pernah dirancang oleh BPL PB.

No
Materi
Pokok Bahasan
1
Pedoman Perkaderan HMI
Landasan Perkaderan
Prinsip-prinsip Perkaderan
Pola Perkaderan
2
Sejarah dan Pedoman Dasar BPL HMI
Sejarah LPL-BPL
Pedoman Dasar BPL HMI
Pedoman Kepengurusan dan Penjelasan Atribut BPL HMI
Kode Etik BPL HMI
3
Filsafat Pendidikan

Hakikat Pendidikan
Hakikat Pendidikan Islam
Hakikat Manusia, Alam, dan Pendidikan
4
Psikologi Pendidikan

Gejala Jiwa dan Keragaman Individu
Hakekat dan Teori Belajar
Hakekat, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran
5
Pengantar Ilmu Komunikasi

Definisi dan Konsep Komunikasi
Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Proses Komunikasi
6
Sistematisasi Pelatihan

Fungsi Kurikulum dan Silabus
Metode Penyusunan Modul Pelatihan
Metode Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
7
Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi

Definisi dan Konsep Pedagogi
Definisi, Konsep, dan Sasaran Andragogi
Heutagogi sebagai Perpanjangan Andragogi
Refleksi Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas
8
Format Pelatihan HMI

Latihan Kader I (LK I)
Latihan Kader II (LK II)
Latihan Kader III (LK III)
Latihan Kader KOHATI (LKK)
Pelatihan LPP, BPL, dan BALITBANG
9
Evaluasi dan Teknik Penilaian

Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Alat Evaluasi
Aspek dan Teknik Penilaian
Alat Penilaian
10
Pembangunan Suasana
Public Speaking
Ice Breaking
11
Simulasi Pengelolaan Training
Simulasi Pembukaan Forum Hari Pertama Training (LK I, LK II, LKK, SC)
Simulasi Penyampaian Materi (LK I, LK II, LKK, SC)
12
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Metode dan Penyusunan RTL



Peserta
Peserta Senior Course sebagai representasi dari calon instruktur HMI akan berproses dalam forum pelatihan ini. Sehingga kuantitas dan kualitas mereka harus mumpuni untuk menyerap ilmu yang disampaikan tanpa mengganggu konsentrasi peserta lain. Dengan demikian, maka jumlah peserta efektif yang ideal 15 orang dan jumlah maksimal 20 orang.

Disamping itu peserta akan dapat mengikuti proses pelatihan dengan reaksi dan interaksi yang memiliki probabilitas tinggi untuk terbentuknya instruktur berkualitas, apabila mereka paling tidak telah mendalami materi-materi Latihan Kader I dan memahami Pedoman Perkaderan serta Pedoman BPL HMI. Kualifikasi ini dapat diperoleh dengan seleksi pada awal pendaftaran.




Training of Management Trainer (TMT)
Badan Pengelola Latihan (BPL)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Pontianak

Training Mangement Training (TMT) merupakan pelatihan lanjutan dari Training of Trainer (TOT) yang bertujuan untuk memberikan kemampuan pengelolaan latihan yang terarah dan sistematis berdasarkan tujuan training. Kemampuan yang diharapkan menjadi out put dari jenis training ini adalah menyangkut pada kemampuan managerial dalam membangun konsep, mengelola, dan mengevaluasi setiap jenis pen-trainingan. Itu sebabnya, setiap instruktur yang hendak memimpin sebuah training diwajibkan telebih dahulu mengikuti jenis training ini, dengan alasan bahwa : 

a) system training yang terpusat pada seorang pemimpin training (MOT) menunjukan bahwa ia harus memiliki kemampuan lebih ketimbang dari yang lainnya. 
b) Selain menguasai materi training, seorang pimpinan training (MOT) pun dituntut untuk dapat  menguasai berbagai skill yang secara praktis sangat dibutuhkan selama masa pen-trainingan, mulai dari perencanaan hingga pada proses evaluasi training. 
c) carut-marutnya sebuah training seringkali bersumber pada pada kesiapan seorang Master of Training di dalam merencanakan dan mengelola sebuah training, sehingga training terkesan berjalan apa adanya. 

Bahkan dalam kenyatannya, terlihat MOT tidak memiliki wewenang untuk menyusun design training, yang artinya MOT mengelola dari apa yang sebenarnya tidak diketahuinya. Itu sebabnya, dibutuhkan jenis training ini agar pen-trainingan pada dasarnya memang merupakan proses yang terencana dan out put-nya menjadi terukur sesuai dengan tujuan.

Tujuan
Tujuan dilaksanakan Training Management Training (TMT) ini adalah :
” Terbinanya instruktur HMI yang memiliki kemampuan merancang, mengelola, dan mengevaluasi sebuah proses pen-trainingan”

Target
Target yang diharapkan pasca Training Management Training (TMT) ini adalah :
1. Peserta dapat membuat modul training
2. Peserta dapat mengelola training secara profesional
3. Peserta dapat meng-evaluasi proses pen-trainingan.

Peserta
Peserta adalah instruktur yang telah lulus mengikuti TOT/SC, dan telah dinyatakan sebagai peserta oleh panitia.
Kriteria yang harus dipenuhi adalah :
a. Instruktur yang telah lulus TOT/SC
b. Telah dinyatakan lulus mengikuti LK II
c. Telah menyelesaikan aktivitas yang tercantum dalam Buku Kontrol Instruktur, dan
buku control Kader pasca LK II
d. Menguasai 2 materi wajib LK I
e. Pernah menjadi rekam proses sebanyak 3 kali
f. Pernah mengisi materi sebanyak 5 kali

NO
MATERI
DURASI MINIMAL
Keterangan
1
Orientasi Training
3 Jam (180 menit)

2
Analisa Kebutuhan
3 Jam (180 menit)

3
Sistem Perencanaan dan Evaluasi Training
3 Jam (180 menit)

4
Tehnik Penilaian Peserta
3 Jam (180 menit)

5
Simulasi 1
3 Jam (180 menit)

6
Simulasi 2
3 Jam (180 menit)

7
Simulasi 3
3 Jam (180 menit)



Tempat Kegiatan
Hari, Tanggal  : Coming Soon
Waktu              : 19.47 WIB - Selesai
Tempat            : Graha HMI Cabang Pontianak

Mekanisme Pelaksanaan
  •      Seleksi Screening
  •      Mengikuti semua materi
  •      Uji modul dan Simulasi (3x)

Register : COMINGSOON


BPL HMI Cabang Pontianak

{facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google-plus#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget